1.KONDISI
PENDIDIKAN ZAMAN DULU
A.Zaman Kemerdekaan
Upaya
pemerintahan Indonesia di bidang pendidikan awal kemerdekaan ialah mengangkat
tokoh pendidik yang telah berjasa pada masa kolonial seperti Ki Hadjar
Dewantara, Moh. Syafe’i dari INS,
Mr. Suwandi yang mengganti ejaan bahasa Indonesia
yang disusun sebelumnya oleh Van
Phuysen.
Pengaruh masuknya ideologi kiri di
dunia pendidikan ditandai melalui pengangkatan Menteri PP dan K. Prof. Dr.
Priyono dari partai Kiri Murba.
B.Zaman Orde Baru
Pemerintahan
Orde Baru dengan tokoh-tokoh teknokrat dalam pucuk pimpinan pemerintahan
melancarkan usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III
dan seterusnya. Dalam Pelita I inilah pendidikan dapat diperkembangkan menurut
satu rencana yang sesuai dengan keuangan negara. Keuangan negara agak
membengkak waktu harga minyak mentah meloncat dari harga $3 menjadi $12 per
barrel. Hal ini memungkinkan didirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden)
mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Sebagai hasil Pelita I
dalam bidang pendidikan telah ditatar lebih dari 10.000 orang guru. Telah
dibagikan lebih dari 63,5 juta buku SD kelas I, telah dibangun 6000 buah
gedung SD, telah diangkat 57.740 orang guru terutama guru SD, serta dibangun 5
Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan
Ujung Pandang.
Bila
bicara tentang sejarah pemikiran pendidikan di Indonesia, maka orang akan sulit
untuk memisahkan dari nama besar Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara
pulang ke Tanah Air pada tahun 1918 setelah menempuh studinya di Belanda. Empat
tahun ke-mudian, tokoh yang tak bisa menyelesaikan pendidikan kedokteran di STOVIA
karena sakit ini baru bisa mewujudkan semua gagasannya tentang dunia pendidikan
dengan men-dirikan National Onderwijs Instituut Taman Siswa pada 3 Juli
1932 di Yogyakarta.
Perguruan
bercorak nasional ini sangat menekankan rasa kebangsaan agar siswa mencintai
bangsa dan tanah air, sehingga tergerak untuk berjuang meraih kemerdekaan. Dari
tahun ke tahun, Taman Siswa terus menggeliat. Jumlah muridnya terus bertambah.
Artinya, semakin banyak pula rakyat Indonesia yang pikirannya terbuka. Melihat
kiprah Ki Hadjar Dewantara yang terus berkembang, pemerintah kolonial Belanda
kembali resah. Jalan pintas diambil: Taman Siswa mesti diberangus. Caranya,
dengan menerbitkan ordonansi sekolah liar pada 1 Oktober 1932. Namun, berkat
kegigihan Ki Hadjar Dewan-tara, bukannya Taman Siswa yang bubar, melainkan
justru ordonansi itulah yang akhirnya dicabut. Ketika Jepang masuk menggantikan
pemerintahan Hindia Belanda 1942, Ki Hadjar Dewantara tak henti berjuang lewat
politik dan pendidikan. Bersama beberapa tokoh nasional pada saat itu, Ki
Hadjar duduk sebagai salah seorang pimpinan Putera.
Dedikasi
panjangnya terhadap dunia pendidikan mengantarkan Ki Hadjar menjadi Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pertama setelah Indonesia merdeka.
Penyandang gelar
doctor honoriscausa dari Universitas
Gadjah Mada pada 1957 ini mengenalkan konsep orde
en vreden(tertib dan damai), dengan bertumpu pada prinsip
pertumbuhan menurut kodrat. Konsep inilah yang kemudian terkenal dengan
metode Among,dengan 3 kutipan yang dikenal trilogi peran kepemimpinan
pendidik, yaitu “tut wuri handayani” (guru hanya membimbing dari belakang
dan mengingatkan jika tindakan siswa membahayakan), “ing madya mangun karsa”(membangkitkan
semangat dan memberikan motivasi), dan “ing ngarsa sung tulada” (selalu
menjadi contoh dalam perilaku dan ucapan).
2.KONDISI
PENDIDIKAN ZAMAN SEKARANG
Perkembangan dunia abad 21 ditandai
dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai
aktivitas kehidupan. Teknologi mampu menghubungkan daerah daerah di berbagai
belahan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis sehingga dunia menjadi tanpa
batas.Transformasi dunia abad 21 ini berdampak pada :
- Pasar dunia berkembang
- Kompetisi dalam skala global
- Pengetahuan sebagai mata uang baru
- Kebutuhan akan teknoligi
Perkembangan di abad 21 ini juga
tentunya akan berdampak pada dunia pendidikan. Proses pembelajaran tentunya
harus beradaptasi dengan perubahan. Pembelajaran abad 21 dengan kehadiran ICT
dalam dunia pendidikan, menuntut siswa untuk kreatif, inovatif, berfikir
kritis serta metakognitif dan sehingga menjadikan siswa memiliki kemampuan
berkomunikasi dan bekerja kolaborasi (berkelompok). dengan harapan bahwa
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan bekal hidup di
masyarakat yang memiliki karakter baik lokal maupun global dan dapat
dipertanggung jawabkan secara personal maupun sosial masyarakat. Artinya
terdapat kriteria yang dibutuhkan untuk menghadapi pembelajaran abad 21 ini
(21st century skills), yakni:
- Kreativitas dan kewirausahaan
- Literasi teknologi dan media
- Komunikasi efektif
- Pemecahan masalah
- Berpikir kritis
- Bekerja sama
Dengan
semakin berkembangnya teknologi di abad 21, maka proses pembelajaran harus
beradaptasi terhadap perubahan ini. Dari proses pembelajaran yang berbasis
Sumber Daya alam menjadi berbasis pengetahuan dengan disertai keterampilan berteknologi.
Seperti yang kita ketahui negara kita, Indonesia, memiliki sumber daya alam
yang sangat melimpah. Namun hanya dengan sumber daya alam saja tidak cukup.
Diperlukan Sumberdaya manusia yang meiliki pengetahuan dan terampil menggunakan
teknologi.
Selain itu dalam pembelajaran abad 21, terjadi perubahan paradigma pendidikan. Yang tadinya proses pembelajaran berpusat pada guru, maka harus dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang berpusat pada guru, pembelajaran lebeih menekankan seolah olah guru memberikan ceramah pada siswa tanpa memberikan kebebasan pada siswa. Guru menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran dan siswa tidak memiliki kebebasan sendiri. Paradigma ini sudah seharusnya dirubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dimana siswa lebih memiliki kebebasan untuk berbicara, kebebasan untuk mengemukakan pendapat,dll. Sehingga siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri. Selain itu dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa diberikan pengalaman untuk belajar berkelompok, sehingga siswa bisa bersosialisi dengan temannya.
Dalam menghadapi pembelajaran abad 21 yang berbasis teknologi dan pengetahuan ini. Guru dihadapkan pada sebuah tantangan, yakni guru harus mampu:
- Mempersiapkan siswa untuk pekerjaan yang saat ini belum ada dan pekerjaan yang hilang
- Mengunakan teknologi yang belum ditemukan
- Memecahkan masalah yang belum muncul
Dalam
transformasi pendidikan abad 21 Seorang guru harus memiliki 4 Kompetensi Dasar
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat
kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1. Pedagogik.
Kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkambangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.
Kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkambangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.
2. Kepribadian.
Kemampuan kepribadian lebih menyangkut jati diri seorang guru sebagai pribadi yang baik, tanggung jawab, terbuka, dan terus mau belajar untuk maju. Yang pertama ditekankan adalah guru itu bermoral dan beriman. Hal ini jelas merupakan kompetensi yang sangat penting karena salah satu tugas guru adalah membantu anak didik yang bertaqwa dan beriman serta menjadi anak yang baik. Bila guru sendiri tidak beriman kepada Tuhan dan tidak bermoral, maka menjadi sulit untuk dapat membantu anak didik beriman dan bermoral.
3. Sosial.
Kompetensi sosial meliputi: memiliki empati pada orang lain, memiliki toleransi pada orang lain, memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada setiap kopetensi yang lain, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
4. Profesional.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.
Namun selain empat hal diatas terdapat satu kompetensi dasar yang perlu diperhatikan guru yaitu Teknoligi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Mengingat transformasi pembelajaran di abad 21 ini berbasis pengetahuan dan teknologi, maka guru memerlukan kompetensi TIK.
Adapun untuk menghadapi transformasi pendidknan abad 21 perlu memperhatikan langkah – langkah berikut:
Langkah 1
- Kecakapan abad 21
- Pembelajaran berpusat pada siswa
- Literasi teknologi
- Berpkir tingkat tinggi
Langkah 2
- Membuat RPP
- Pembelajaran berbasis proyek
- Kolaborasi online
- Penilaian abad 21
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
Fungsi filosofis:
- Membawa penafsiran
- Bertindak sebagai ruang pembersih
- Menawarkan sumber dan bimbingan etis
- Menginduksi kebiasaan berpikir
Filsafat
pendidikan memiliki fungsi merumuskan dasar dan tujuan pendidikan, merumuskan
teori, bentuk dan sistem pendidikan serta merumuskan hubungannya dengan agama
dan kebudayaan. Fungsi filsafat pendidikan sangat strategis karena merumuskan
masalah-masalah mendasar yang berkait dengan dunia pendidikan dan hubungannya
dengan pembangunan bangsa dan negara. Dasar dan tujuan pendidikan yang jelas
akan memudahkan dalam penyelenggaraan pendidikan, dan dapat menjadi parameter
akan tercapai tidaknya apa yang dicita-citakan.
Adapun proses dan peran pendidikan adalah:
Adapun proses dan peran pendidikan adalah:
- Serangkaian kegiatan komunikasi yang melibatkan orang dewasa dengan tujuan untuk mendewasakan anak
- Proses pendidikan dapat dilakukan dengan tatap muka ataupun menggunakan media
- Pendidikan akan memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya