Teori
Produsen adalah teori yang menjelaskan tentang kegiatan memproduksi dalam
jangka pendek antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan
hasil penjualan outputnya. Produksi jangka pendek adalah sebagian faktor
seorang produsen dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus
menentukan dua macam keputusan:
1.berapa output yang harus diproduksikan
2. berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Teori produksi menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan tingkat produksi barang. (Faktor produksi lain : tetap)
1.berapa output yang harus diproduksikan
2. berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Teori produksi menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan tingkat produksi barang. (Faktor produksi lain : tetap)
II. Perilaku Produsen
Dalam mengenal produsen
kita perlu mempelajari prilaku produsen sebagai perwujudan dari seluruh
aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Model perilaku produsen dapat didefinisikan
sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk
menggambarkan aktivitas-aktivitas produsen. Model perilaku produsen dapat pula
di artikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang diyakinkan
produsen dalam mengambil keputusan menjual dan mencari keuntungan. Adapun yang
mempengaruhi faktor-faktor perilaku produsen yaitu :
1. Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya,
tingkat sosial, kelompok anutan dan keluarga.
2. Kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman
belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
3. Tujuan dan fungsi modal perilaku produsen sangat
bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah
diketahui mengenai perilaku produsen.
4. Menganalisis perilaku produsen akan lebih mendalam dan
berhasil apabila kita dapat memahami aspek-aspek pisikologis manusia secara
keseluruhan.
Dengan
demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan
pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen
dan diri pribadinya.
Sebuah
usaha produksi baru bisa bekerja dengan baik apabila dijalankan oleh produsen
atau yang sering kita sebut pengusaha. Pengusaha adalah orang yang mencari
peluang yang menguntungkan dan mengambil risiko seperlunya untuk merencanakan
dan mengelola suatu bisnis.
Pengusaha
berbeda dengan pemilik bisnis kecil ataupun manajer. Bila hanya memiliki sebuah
usaha dan hanya berusaha mencari keuntungan, maka orang itu barulah sebatas
pemilik bisnis. Bila orang itu hanya mengatur karyawan dan menggunakan sumber
daya perusahaan untuk usaha, maka orang itu disebut sebagai manajer. Pengusaha
lebih dari keduanya. Pengusaha berusaha mendirikan perusahaan yang
menguntungkan, mencari dan mengelola sumber daya untuk memulai suatu bisnis.Perilaku
produsen bisa di analasis dengan 2 cara yaitu :
1.Perilaku
Produsen dalam Kegiatan Perekonomian
Perilaku
produsen dalam kegiatan perekonomian adalah sebagai berikut :
a. Bagi Masyarakat
Manfaat
bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan
sangatlah jelas. Selain beberapa kepentingan masyarakat diperhatikan oleh
perusahaan, masyarakat juga akan mendapatkan pandangan baru mengenai hubungan
perusahaan dengan masyarakat. Hubungan masyarakat dan dunia bisnis tidak lagi
dipahami sebagai hubungan antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang
tereksploitasi, tetapi hubungan kemitraan dalam membangun masyarakat dan
lingkungan yang lebih baik.
b. Bagi Pemerintah
Pemerintah
sebagai pihak yang mempunyai legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat ke
arah yang lebih baik akan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan
masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota
masyarakat, dalam hal ini adalah perusahaan atau organisasi bisni
2.Perilaku
Produsen dalam Kegiatan Produksi
Perilaku
produsen dalam kegiatan produksi adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Seorang
produsen harus mempunyai rencana-rencana tentang tujuan dan apa yang sedang
atau akan dicapai. Perencanaan yang baik harus memenuhi persyaratan berikut
ini:
1. Faktual dan realistis; artinya apa yang dirumuskan
sesuai fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi
perusahaan.
2. Logis dan rasional; artinya apa yang dirumuskan dapat
diterima oleh akal sehingga perencanaan dapat dijalankan.
3. Fleksibel; artinya perencanaan yang baik adalah yang
tidak kaku yaitudapat beradaptasi dengan perubahan di masa yang akan datang.
4. Komitmen; artinya perencanaan harus melahirkan
komitmen terhadapseluruh isi perusahaan (karyawan dan pimpinan) untuk
bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan perusahaan.
5. Komprehensif; artinya perencanaan harus menyeluruh dan
meng-akomodasi aspek-aspek yang terkait langsung terhadap perusahaan.
b. Pengorganisasian
Produsen
harus dapat mengatur keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengorganisasian ini,
rencana dilakukan dalam sebuah pembagian kerja yang terdapat kejelasan tentang
bagaimana tujuan dan rencaana akan dilaksanakan, dikoorninasikan dan
dikomunikasikan.
Produsen
harus dapat mengalokasikan keseluruhan sumberdaya yang ada (dimiliki) oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan dan rencana perusahaan yang telah ditetapkan.
Dalam pengorganisasian ini, rencana dan tujuan perusahaan diturunkan dalam
sebuah pembagian kerja yang terdapat kejelasan tentang bagaimana rencana dan
tujuan perusahaan akan dilaksanakan, dikoordinasikan ,dan dikomunikasikan.
c. Pengarahan
Langkah
berikutnya yang harus dilakukan produsen adalah bagaimana keseluruhan rencana
yang telah diorganisir tersebut dapat diimplementasikan. Agar rencana terwujud,
produsen wajib mengarahkan dan membimbing anak buahnya.
d. Pengendalian
Produsen
harus melakukan kontrol terhadap apa yang telah dilakukan. Hal ini terkait
dengan pencapaian tujuan perusahaan. Karena, walaupun rencana yang sudah ada
dapat diatur dan digerakkan dengan jitu tetapi belum menjamin bahwa tujuan akan
tercapai dengan sendirinya. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian (kontrol)
dan pengawasan dari produsen atau pengusaha (pimpinan) yang bersangkutan.
III.Pengertian
dan Macam-macam Biaya Produksi
Biaya produksi adalah semua
pengeluaran ekonomis yang harus di keluarkan untuk memproduksi suatu barang.
Biaya produksi juga merupakan pengeluaran yang di lakukan perusahaan untuk
mendapatkan faktor – faktor produksi dan bahan baku yang akan di gunakan untuk
menghasilkan suatu produk.
Biaya produksi dapat meliputi unsur – unsur sebagai berikut :
Biaya produksi dapat meliputi unsur – unsur sebagai berikut :
- bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
- bahan-bahan pembantu atau penolong
- upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
- penyusutan peralatan produksi
- uang modal, sewa
- biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
- biaya pemasaran seperti biaya iklan
- pajak
Berdasarkan
jangka waktunya, biaya produksi di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Jangka Waktu Pendek.
Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat di tambah jumlahnya.
teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek.
2. Jangka Waktu Panjang.
Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah – ubah.
Jenis-jenis Biaya Produksi
Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya produksi digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen-elemen utama dari biaya produksi, meliputi :
1. Biaya bahan baku (direct material Cost)
Merupakan bahan secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan.
2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost)
Merupakan biaya-biaya bagi para tenaga kerja langsung ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi secara langsung diterjunkan dalam kegiatan produksi menangani segala peralatan produksi dan usaha itu dapat terwujud.
1. Jangka Waktu Pendek.
Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat di tambah jumlahnya.
teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek.
2. Jangka Waktu Panjang.
Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah – ubah.
Jenis-jenis Biaya Produksi
Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya produksi digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen-elemen utama dari biaya produksi, meliputi :
1. Biaya bahan baku (direct material Cost)
Merupakan bahan secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap untuk dipasarkan.
2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost)
Merupakan biaya-biaya bagi para tenaga kerja langsung ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi secara langsung diterjunkan dalam kegiatan produksi menangani segala peralatan produksi dan usaha itu dapat terwujud.
3. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost)
Umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan biaya pabrik lainnya yang tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.Elemen-elemen dari biaya Overhead Pabrik yaitu :
- Biaya bahan penolong
- Biaya tenaga kerja tidak langsung
- Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap
- Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
- Biaya listrik dan air pabrik
- Biaya asuransi pabrik
- Operasi lain-lain
IV.Cara
Menghitung Laba/Keuntungan
Berikut ada 5 cara untuk menghitung laba,yaitu :
1.
Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) / Modal Pokok
Cara
menghitung modal pokok penjualan dapat dijelaskan. Perhitungan modal
pokok merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk mengetahui keuntungan
usaha selanjutnya.
Contoh:
HPP per
porsi mi ayam adalah Rp1.500 . Harga pokok penjualan sebuah burger adalah
sebesar Rp1.400 per buah.
2.
Menentukan Harga Jual
Menentukan harga jual bergantung pada keinginan pemilik dan segmentasi
pasarnya.
Contoh:
Kali ini
harga jual ditentukan dari harga yang umum di pasaran. Harga pasaran umum mi
ayam adalah Rp5.000 dan harga pasaran untuk burger adalah Rp6.000.
3.
Menghitung Keuntungan Kotor
Keuntungan kotor adalah hasil keuntungan dari perhitungan penjualan
dikurangi modal pokok akan tetapi belum dikurangi biaya operasional.
Keuntungan
kotor = Penjualan per buah/porsi — Modal Pokok
Keuntungan
kotor/hari = Total penjualan/hari/bulan — Total modaI pokok atau per bulan
Contoh:
Usaha Burger
Keuntungan
burger/buah = Rp6.000 – Rp 1.400 = Rp4.600/buah
Bila sehari
rata-rata dapat menjual 20 buah burger, berapa keuntungan kotor yang diperoleh
setiap hari dan setiap bulannya?
Keuntungan
burger 20 buah/hari adalah = Rp4.600 x 20 = Rp92.000/hari
Keuntungan
burger rata-rata/bulan adalah = Rp92.000 x 30 = Rp2.760.000
Usaha Mi Ayam
Keuntungan
Mi ayam/porsi Rp5.000 — Rp1.500 = Rp3.500/buah
Bila sehari
rata-rata dapat menjual 50 porsi mi ayam, berapa keuntungan kotor yang
diperoleh setiap hari dan setiap bulannya?
Keuntungan
mi ayam porsi/hari adalah Rp3.500 x 50 = Rp175.000/hari
Keuntungan
mi ayam rata-rata/bulan adalah = Rp175.000 x 30 = Rp5.250.000
4.
Menghitung Total Biaya Operasional
Biaya operasional usaha adalah biaya-biaya lain yang dibutuhkan untuk usaha
selain bahan baku. Biaya operasional
antara lain:
• Biaya
Bahan bakar (gas)
• Biaya upah
tenaga kerja
• Komisi per
buah untuk tenaga keliling (bila ada)
• Biaya
transportasi
• Biaya
rekening listrik (jika ada)
• Biaya
rekening air (bila ada)
• Biaya
kerusakan produk, atau sisa yang tidak terjual.
Contoh:
Bila sebulan
usaha burger membutuhkan 2 tabung gas 3 kg dan upah tenaga kerja, biaya
ongkos belanja Rp10.000 setiap 2 hari dan total perhitungan sisa yang tidak
terjual 10 buah setiap bulannya. Maka berapa total biaya operasional burger
setiap bulannya?
Perhitungannya adalah:
2 tabung gas
@ Rp17.000 = Rp34.000
Gaji
pembantu = Rp500.000
Ongkos
10.000 x 15 hari = Rp150.000
Sisa burger
10 x 1.400 = Rp14.000
Total biaya
operasional/bulan = Rp698.000
5.
Menghitung Keuntungan Bersih
Keuntungan bersih adalah hasil keuntungan yang sudah dikurangi seluruh
biaya operasional.
Cara perhitungannya adalah:
Keuntungan Bersih = Total Keuntungan Kotor/Bulan - Total Biaya
Operasional Setiap Bulan
Contoh:
Dengan total
keuntungan kotor usaha burger Rp2.760.000 setiap bulan dan biaya operasional
setiap bulan Rp698.000. Berapa keuntungan bersih yang dihasilkan usaha burger
tersebut?
Keuntungan
bersih/bulan = Rp2.760.000 — Rp698.000 = Rp2.062.000
Alokasi Hasil Keuntungan Bersih
Keuntungan bersih memang mutlak menjadi hak pemilik usaha, tapi akan lebih baik bila hasil keuntungan bersih juga ada pengelolaannya sehingga usaha Anda akan terasa lebih sehat. Akan tetapi Anda sendiri yang berhak menentukan, pertimbangannya bila semakin besar persentase pengembalian modal investasi maka usaha akan lebih cepat balik modal (BEP). Perkecil persentase kebutuhan konsumtif di awal usaha karena persentase untuk konsumtif bisa lebih besar ketika pengembalian modal investasi sudah selesai (BEP).
Berikut ini adalah tips-tips persentasi untuk alokasi hasil keuntungan bersih usaha :
1. Untuk pengembalian modal investasi = 30-50%
2. Untuk penyusutan alat = 10-20%
3. Untuk pengembangan usaha = 10 -20%
4. Untuk kebutuhan konsumtif = 10-50%
Keuntungan bersih memang mutlak menjadi hak pemilik usaha, tapi akan lebih baik bila hasil keuntungan bersih juga ada pengelolaannya sehingga usaha Anda akan terasa lebih sehat. Akan tetapi Anda sendiri yang berhak menentukan, pertimbangannya bila semakin besar persentase pengembalian modal investasi maka usaha akan lebih cepat balik modal (BEP). Perkecil persentase kebutuhan konsumtif di awal usaha karena persentase untuk konsumtif bisa lebih besar ketika pengembalian modal investasi sudah selesai (BEP).
Berikut ini adalah tips-tips persentasi untuk alokasi hasil keuntungan bersih usaha :
1. Untuk pengembalian modal investasi = 30-50%
2. Untuk penyusutan alat = 10-20%
3. Untuk pengembangan usaha = 10 -20%
4. Untuk kebutuhan konsumtif = 10-50%